![]() |
gambar: thejakartapost.com |
Saya,
sebagai orang awam sebenarnya sulit untuk menentukan apakah yang dilakukan
orang lain terutama penyelenggara Negara (baca pejabat) termasuk dibuat-buat
untuk sekedar mencari sensasi , atau memang benar apa adanya bekerja untuk
rakyat.
Baik
pencitraan ataupun personal branding (PB) sebenarnya bukan hanya berbicara
tentang pejabat, orang terkenal ataupun bisnis (perusahaan). Kita secara
personal juga sangat mungkin memunculkan kedua hal tersebut. Persepsi orang
lain terhadap diri kita tercermin dalam keseharian baik di kantor, rumah, dan
masyarakat. Persepsinya pun bisa positif atau negative, tergantung pembentukan
karakter kita. Mereka yang intensitas waktu bertemunya lebih banyak dengan kita
mungkin akan dengan mudah menjawab apakah itu pencitraan atau PB. Tapi, intensitas
yang sedikit atau sekedar melihat kita dari jarak jauh atau melalui penilaian
orang lain akan lebih sulit untuk menentukan. Jadi, tuduhan yang terlalu cepat apakah
tindakan itu termasuk pencitraan atau PB boleh disimpulkan dalam rentang waktu
yang tidak sebentar. Kuatir, jangan-jangan kita sendiri juga melakukan
pencitraan.
Menurut Indari Mastuti, founder Indscript
Personal Branding Agency pertama, “pencitraan kerapkali menutupi kekurangan atau
melebih-lebihkan apa yang dimiliki seseorang. Sedangkan PB adalah proses memunculkan seseorang dari keunikan yang dia miliki.” Bersama
dengan Wempy Dyocta Kota, pada tahun 2013 Indari menyadari pentingnya
menguatkan personal branding perusahaan atau perorangan. Penguatan bisa
dilakukan lewat promosi atau bahkan lewat tulisan.
Tapi, kabar
baik bagi kita yang menyadari sedikit - banyak melakukan pencitraan. Ini bisa
kita jadikan awal pembentukan personal branding, tentunya yang positif. Bila
kita yang selama ini berpura-pura perhatian, optimis, anti korupsi dan jujur
pasti memiliki beban untuk mempertahankan sikap tersebut dan harus bisa mempertanggungjawabkannya.
Yang awalnya boomerang berubah menjadi rutinitas lalu terbentuklah karakter
yang kuat.
Namun,
pencitraan bukanlah hal yang patut diteruskan, karena ini dekat sekali dengan
membohongi diri sendiri. Orang yang biasanya melakukan pencitraan pasti
melakukannya dengan kaku dan bersifat sementara. Sebaliknya, personal branding
erat sekali hubungannya dengan sikap, karakter, visi dan tindakan nyata yang
memang benar adanya. Tidak lebay!
Sekarang,
pilihan diserahkan kepada kita. Pencitraan atau personal brandingkah yang ingin
dibentuk. Tidak lupa juga untuk lebih bijak menjatuhkan vonis antara dua hal
tersebut. Karena keduanya memang selalu muncul baik disengaja ataupun tidak.
Mengecek dan bertanya pada diri kita sendiri dan berusaha untuk mengenal orang
lain lebih jauh mungkin cara yang paling efektif untuk mengenali pencitraan
atau personal branding sih? (ds)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar