Perkembangan
dunia digital di era modern rupanya sangat berpengaruh terhadap kebutuhan hidup
manusia. Karena sebagai makhluk yang paling sempurna diciptakan, manusia terus
berinovasi dan melakukan penemuan baru untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Beberapa
tahun terakhir ketergantungan kita terhadap benda yang namanya Handphone
semakin tinggi. Malah kita lebih memilih lebih baik ketinggalan dompet atau tas
dari pada ketinggalan benda yang satu itu.
Handphone atau mobilephone sudah
tumbuh menjadi alat komunikasi yang kehadirannya jauh dari tujuan awalnya
diciptakan. Pada tahun 2000 an alat ini menjadi suatu yang sangat mewah. Pemiliknya
hanya dari kalangan tertentu. Bagaimana tidak, karena untuk membeli kartu
aktivasinya saja dipatok 500 ribu hingga 1 juta rupiah. Tujuannya sebagai alat
penghubung telah berkembang sebagai entertainment tool. Berbagai fasilitas
hiburan telah tersedia termasuk yang paling sering digunakan adalah games.
Tingginya pengguna di smartphone
inilah yang menjadi inceran salah satu studio pengembang games asal Bandung ini.
Tak mau kalah dengan developer kenamaan asal luar negeri, Tinker yang didirikan
sejak 2011ini pun terus berinovasi dan melakukan kerjasama demi keluar menjadi games
developer terbaik se-Asia Tenggara.
Muhammad Ajie, CEO sekaligus co founder
Tinker pun membuka rahasianya saat memulai industri kreatif ini. Bisnis yang
awalnya tidak mendapat restu dari kedua orangtuanya berhasil diyakinkan Ajie
dengan tidak mengeluarkan modal besar dan bersandar pada ilmu yang telah ia
dapatkan dari School of Business and Management ITB. Baginya bisnis apapun pasti memerlukan modal
dan inovasi tinggi. Karena tanpa itu suatu usaha akan “mandek” pada posisi
capaian awalnya saja. Namun berbeda dengan Tinker, bisnis ini dibangun dengan
modal sendiri dan apa adanya. Dengan memanfaatkan berbagai lomba mobile games sejak duduk di bangku kuliah maka Ajie dan
timnya hanya perlu menyiasati hobi mereka agar menghasilkan.
Selain modal, tentu faktor pendukung
lain tak lepas dari keberhasilan Tinker dan tim. Tak perlu mengeluarkan nominal
yang besar, cukup menerapkan empat hal ini Tinker mampu menelurkan 10 karya
terbaik mereka sejak November 2011.
![]() |
Muhammad Ajie (Sumber swa.co.id) |
Kerja Keras – diusia
para founder Tinker yang masih muda tak berbanding lurus dengan prestasinya. Budaya
lokal, memorable dan adiktif kerap mereka utamakan sebagai keunikan. Ajie yang
baru berusia 24 tahun terus belajar dan membuka diri agar bisa maju bersama
Tinker.
Fokus
– persaingan yang ketat membuat bisnis yang Aji jalankan ini harus memilih
jalurnya. Mobile games developerlah yang menjadi sorotan utama Tinker sampai
saat ini. Dengan memanfaatkan kemajuan era digital smartphone tentunya.
Konsisten
– kata gagal bukan berarti tak ada dalam kamus laki-laki yang suka tersenyum
ini. Namun motivasi dan inspirasi bisa didapatkan dari mana saja. Bangkit dari
kegagalan dan terus mencoba adalah pedomannya untuk mencapai apa yang direncanakan.
Lingkungan positif -- diri kita adalah bagaimana keadaan sekitar
kita. Selain sibuk dengan Tinker, Ajie pun aktif di beberapa komunitas seperti Fowab (Forum Web Anak Bandung) dan Cakra,
sebuah asosiasi para pelaku industri kreatif Indonesia.
Modal
bukanlah satu-satunya list pertama
yang dibutuhkan untuk berani berbisnis. Ajie dan Tinker telah membuktikan
kepiawaian mereka berkembang dari Bandung menuju negara luar. Bagaimana, sudah
punya modal apa untuk mulai bisnis?(ds)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar