Selasa, 03 Juni 2014

Muhammad Ajie, Hidup untuk Memberi




Muhammad Ajie, CEO Tinker Game (Sumber swa.co.id)
            Senyumnya yang khas selalu mewarnai foto laki-laki lulusan School of Busines ITB ini di berbagai media cetak dan juga elektronik. Profilnya yang sangat inspiratif memang sangat menarik untuk terus digali. Muhammad Ajie, laki-laki kelahiran Bandung, 10 Agustus 1989 ini memang terbilang masih sangat muda dengan profesi yang dipilihnya sekarang. Walaupun latar belakang keluarga yang bukan mayoritas pengusaha tak menyurutkan langkahnya untuk mantap menjadi pengusaha games developer. Dengan ilmu yang ia dapatkan selama 4 tahun dari universitas ternama di Bandung ini, Ajie memulai usaha melalui hobinya.
            Jiwa usahanya sudah terlihat sejak lulus dari pendidikan formal. Berawal dari ide bersama teman-temannya sewaktu duduk di bangku kuliah, mereka membuka sebuah kafe untuk anak muda dan komunitas-komunitas di Bandung bernama Siete Cafe pada Mei 2012. Selang dua bulan barulah Ajie bergabung bersama Tinker Games, PT Tinkerindo Interaktif, perusahaan pengembangan games asal Bandung. Perjalanannya bersama Tinker dimulai sejak awal 2012 saat ia diminta bergabung oleh Panji dan dua teman lainnya yang memang aktif mengikuti berbagai lomba games design sejak kuliah. Tidak ada alasan untuknya menolak tawaran berharga ini karena bidang ini sangat cocok dengan hobinya yakni bermain video games.
            Resminya Ajie bergabung dengan Tinker, sebagai CEO membawa ia dan tim lainnya semakin serius mengembangkan studio games ini. “Melihat begitu banyak potensi pada industri kreatif digital serta potensi yang kami miliki untuk terjun di industri tersebut, akhirnya Tinker Games resmi berbentuk perseroan terbatas (PT) pada Juli 2012.” Jelasnya. Usaha ini pun pernah goyah saat salah satu foundernya memilih untuk tidak bergabung lagi. Hal ini memengaruhi berbagi keputusan dan komunikasi baik internal maupun eksternal. Namun dengan tetap fokus pada tujuan dan konsisten, perlahan namun pasti Tinker terus merambah ke manca negara. Dukungan pemerintah pada industri kreatif digital ini pun ditunjukkan dengan melibatkan Tinker pada beberapa event internasional seperti pada Eurogamer Expo 2013 di London pada September 2013 lalu serta pernah menjadi peserta pada Tokyo Games Show.
            Langkah Ajie, laki-laki yang suka membaca buku, novel dan main games diwaktu luangnya ini mengaku mendapat halangan orangtua pada awal karirnya. Walaupun ia alumni sekolah bisnis namun orangtuanya menghawatirkan tindak-tanduk Ajie di industry yang tak umum ini. Apalagi modal dan pengalaman yang masih minim, ia pun dianggap tidak mampu. Tinggal di kota yang penuh dengan orang-orang kreatif membuatnya mendapatkan kepercayaan diri melalui tokoh yang menginspirasinya. Ridwan Kamil sebagai incumbent walikota Bandung kerap berkunjung ke kampus Aji untuk melakukan kuliah umum. Ajie rupanya terinspirasi oleh ucapan Wali Kota Bandung ini tentang pengembangan industri kreatif dan prospek industri itu ke depan. Dari situ, Ajie yakin dirinya mampu mengembangkan mobile games, sebagaimana ia meyakini bahwa salah satu jenis industri kreatif ini feasible secara bisnis.
            Sebagai CEO ia memiliki peranan sangat penting dalam pengambilan keputusan dan pengembangan Tinker kedepannya. Dengan gaya kepemipinan yang nurturing, terbuka dan tidak otoriter telah membawa Tinker semakin diterima luas oleh masyarakat terutama di Jepang. Cita-citanya adalah membawa Tinker sebagai game developer terbaik se-Asia Tenggara. Secara pribadi, Ajie juga memiliki filososfi hidup yaitu hidup itu untuk memberi, memberi itu untuk menambah arti dalam hidup. Selain itu, katanya dalam sebuah kesempatan, “kita harus merencanakan hidup kita sendiri, jangan biarkan diri kita menjadi bagian dari rencana orang lain.” Olehkarena itu ia selalu memunyai target dan tujuan dalam hidupnya.  Di usia 30 tahun Ajie memiliki obsesi  untuk mengelilingi Indonesia dan berkeliling dunia di usianya ke 35 tahun.
            Walaupun kata sukses sangat lekat pada laki-laki yang aktif di berbagai komunitas seperti Fowab (Forum Web Anak Bandung) dan Cakra, kegagalan pun sering dirasakannya. Tidak hanya dalam bisnis tapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Tentang ini ia berpendapat kalau hal terpenting untuk bangkit adalah memotivasi diri untuk membuktikan bahwa ia bisa melakukan hal yang mungkin sulit dilakukan orang lain asalkan mau bekerja keras, fokus, dan konsisten. Selain itu, lingkungan yang positif sangat membantu  untuk bisa bangkit lagi ketika mengalami kegagalan. Ia juga memandang bahwa hidup hanya sebentar. Oleh karena itu ia ingin mengisinya dengan segala sesuatu yang bermanfaat. Lebih jauh ia ingin melakukan sesuatu yang berskala besar, seperti berkontribusi memajukan industri kreatif Indonesia, karena ia ingin memberikan lebih banyak mafaat bagi orang lain sebaik-baiknya dan sebanyak-banyaknya. (ds)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar