![]() | |
Muhammad Ajie, CEO Tinker Game (Sumber swa.co.id) |
Senyumnya yang khas selalu mewarnai
foto laki-laki lulusan School of Busines ITB ini di berbagai media cetak dan
juga elektronik. Profilnya yang sangat inspiratif memang sangat menarik untuk
terus digali. Muhammad Ajie, laki-laki kelahiran Bandung, 10 Agustus 1989 ini
memang terbilang masih sangat muda dengan profesi yang dipilihnya sekarang.
Walaupun latar belakang keluarga yang bukan mayoritas pengusaha tak menyurutkan
langkahnya untuk mantap menjadi pengusaha games
developer. Dengan ilmu yang ia dapatkan selama 4 tahun dari universitas
ternama di Bandung ini, Ajie memulai usaha melalui hobinya.
Jiwa usahanya sudah terlihat sejak
lulus dari pendidikan formal. Berawal dari ide bersama teman-temannya sewaktu
duduk di bangku kuliah, mereka membuka sebuah kafe untuk anak muda dan komunitas-komunitas di Bandung bernama
Siete Cafe pada Mei 2012. Selang dua bulan barulah Ajie bergabung
bersama Tinker Games, PT
Tinkerindo Interaktif, perusahaan pengembangan games asal Bandung. Perjalanannya
bersama Tinker dimulai sejak awal 2012 saat ia diminta bergabung oleh Panji dan
dua teman lainnya yang memang aktif mengikuti berbagai lomba games design sejak kuliah. Tidak ada
alasan untuknya menolak tawaran berharga ini karena bidang ini sangat cocok
dengan hobinya yakni bermain video games.
Resminya
Ajie bergabung dengan Tinker, sebagai CEO membawa ia dan tim lainnya semakin
serius mengembangkan studio games ini. “Melihat begitu banyak potensi pada
industri kreatif digital serta potensi yang kami miliki untuk terjun di
industri tersebut, akhirnya Tinker Games resmi berbentuk perseroan terbatas
(PT) pada Juli 2012.” Jelasnya. Usaha ini pun pernah goyah saat salah satu
foundernya memilih untuk tidak bergabung lagi. Hal ini memengaruhi berbagi
keputusan dan komunikasi baik internal maupun eksternal. Namun dengan tetap
fokus pada tujuan dan konsisten, perlahan namun pasti Tinker terus merambah ke
manca negara. Dukungan pemerintah pada industri kreatif digital ini pun ditunjukkan
dengan melibatkan Tinker pada beberapa event
internasional seperti pada Eurogamer Expo 2013 di London pada September 2013 lalu
serta pernah menjadi peserta pada Tokyo Games Show.
Langkah Ajie, laki-laki yang suka
membaca buku, novel dan main games diwaktu luangnya ini mengaku mendapat
halangan orangtua pada awal karirnya. Walaupun ia alumni sekolah bisnis namun
orangtuanya menghawatirkan tindak-tanduk Ajie di industry yang tak umum ini. Apalagi
modal dan pengalaman yang masih minim, ia pun dianggap tidak mampu. Tinggal di
kota yang penuh dengan orang-orang kreatif membuatnya mendapatkan kepercayaan
diri melalui tokoh yang menginspirasinya. Ridwan Kamil sebagai incumbent
walikota Bandung kerap berkunjung ke kampus Aji untuk melakukan kuliah umum. Ajie
rupanya terinspirasi oleh ucapan Wali Kota Bandung ini tentang pengembangan
industri kreatif dan prospek industri itu ke depan. Dari situ, Ajie yakin
dirinya mampu mengembangkan mobile games, sebagaimana ia meyakini bahwa
salah satu jenis industri kreatif ini feasible secara bisnis.
Sebagai CEO ia memiliki peranan
sangat penting dalam pengambilan keputusan dan pengembangan Tinker kedepannya.
Dengan gaya kepemipinan yang nurturing, terbuka dan tidak otoriter telah
membawa Tinker semakin diterima luas oleh masyarakat terutama di Jepang.
Cita-citanya adalah membawa Tinker sebagai game developer terbaik se-Asia
Tenggara. Secara pribadi, Ajie juga memiliki filososfi hidup yaitu hidup itu
untuk memberi, memberi itu untuk menambah arti dalam hidup. Selain itu, katanya
dalam sebuah kesempatan, “kita harus merencanakan hidup kita sendiri, jangan
biarkan diri kita menjadi bagian dari rencana orang lain.” Olehkarena itu ia
selalu memunyai target dan tujuan dalam hidupnya. Di usia 30 tahun Ajie memiliki obsesi untuk mengelilingi Indonesia dan berkeliling
dunia di usianya ke 35 tahun.
Walaupun kata sukses sangat lekat
pada laki-laki yang aktif di berbagai komunitas seperti Fowab (Forum Web Anak
Bandung) dan Cakra, kegagalan pun sering dirasakannya. Tidak hanya dalam bisnis
tapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Tentang ini ia berpendapat kalau hal
terpenting untuk bangkit adalah memotivasi diri untuk membuktikan bahwa ia bisa
melakukan hal yang mungkin sulit dilakukan orang lain asalkan mau bekerja
keras, fokus, dan konsisten. Selain itu, lingkungan yang positif sangat
membantu untuk bisa bangkit lagi ketika
mengalami kegagalan. Ia juga memandang bahwa hidup hanya sebentar. Oleh karena
itu ia ingin mengisinya dengan segala sesuatu yang bermanfaat. Lebih jauh ia
ingin melakukan sesuatu yang berskala besar, seperti berkontribusi memajukan
industri kreatif Indonesia, karena ia ingin memberikan lebih banyak mafaat bagi
orang lain sebaik-baiknya dan sebanyak-banyaknya. (ds)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar