Judul Buku : Anak Juga Manusia
Penulis : Angga Setywan
Penerbit : Noura Books
Jumlah Hal : 175 halaman
Peresensi : Mardhiah Siregar
sumber dari sini
Hadir satu lagi
buku pemberi semangat bagi orangtua yang senantiasa ingin dan berniat untuk
terus belajar bagaimana mendidik anak sebagai harta paling berharga dalam
hidupnya. Buku yang ditulis oleh Angga, seorang pengusaha yang tergerak hatinya
untuk menyuarakan hati anak ini menerbitkan kali pertama pada Mei 2013 dan
sudah terbit kali kelima pada April 2014.
Buku ini
menjawab berbagai permasalahan yang sering dialami orangtua saat mengasuh
putra-putri tercintanya. Tak dipungkiri berbagai kendala maupun ilmu yang
terbatas menyebabkan orangtua ragu menemukan cara paling tepat untuk
memperlakukan anaknya dengan baik. Menjadi orangtua tauladanan (contoh) terbaik
karena anak memiliki sifat ATM (Amati, Tiru dan Modifikasi), memberikan
dorongan untuk membaikkan diri sendiri dahulu sebelum menuntut nilai-nilai
kebaikan dari sang anak serta mendidik tanpa melukai hati dan tidak melabeli
anak dengan hal negatif dipaparkan dengan sangat baik dalam buku ini. Bukan
hanya secara teoritis tapi praktis dan sangat mudah diadopsi oleh para
orangtua.
Anak
bodoh dan nakal tidak ada dalam kamus penulis. Karena sifat ilahiah anak yang
selalu ingin bermain dan bermain membuatnya lebih menyukai hal-hal yang
menyenangkan baik secara verbal dan fisik. Penulis pun menyarankan agar
orangtua mampu memperlakukan anak sebagai teman jika ia beranjak dewasa nanti. Hal
ini bisa dimulai dengan menjadi pendengar yang baik karena proses ini akan
mempengaruhi gaya komunikasi anak nantinya. Lingkungan anak yang sangat berbeda
dengan kehidupan orangtua sekarang, mengingatkan para orangtua untuk senantiasa
menjadi tujuan utama sang anak jika menghadapi masalah. Namun ini tak mungkin
terjadi jika orangtua lagi-lagi tidak mau belajar bagaimana menjadi pendengar
dan teman yang baik.
Buku
yang disajikan dengan beberapa subtema ini semakin membuat orangtua merasa haus
ilmu dengan membacanya lembar demi lembar. Seperti ibunda Alfa Edison, penemu
yang paling banyak mematenkan temuannya ini menyadarkan orangtua betapa sebagai
orangtua kita harus sabar menerima apa pun kondisi anak, kelebihan dan
kekurangannya. Buku ini mengingatkan bahwa orangtua tak perlu gusar untuk
mencari anak yang sempurna karena bukan anak yang perlu diganti tapi cara
orangtua mendidiklah yang perlu diperbaiki. Sama halnya dengan yang dilakukan
Ibunda Alfa yang dicap bodoh dan idiot serta harus menerima kenyataan bahwa
Alfa dikeluarkan dari sekolah karena alasan-alasan itu. Dengan sabar sang ibu
menjawab berbagai pertanyaan gilanya dan berusaha menemukan jawaban pada orang
yang tepat walau ia tak bisa menjawabnya. Bukan kekurangan yang Ibu Alfa
fokuskan tapi kelebihan dan kesukaannya pada sains yang terus ia dorong hingga
menjadikan Alfa dikenal hingga saat ini.
Buku
yang menyajikan dua warna dominan pada tiap halamannya ini semakin memanjakan
pembaca untuk terus menikmati hingga akhir tulisan. Disertai dengan kultweet
penulis pada akun Anak Juga Manusia serta kesimpulan pada akhir tiap sub babnya
dan puisi yang menyayat hati mampu menggambarkan perasaan dan keinginan anak
sebenarnya pada orangtua. Gambaran bahwa anak lebih membutuhkan kasih sayang
dan curahan perhatian daripada pemberian materi yang dianggap orangtua sebagai
bentuk kasih sayang utama mereka. Gambaran bahwa tidak ada makhluk Tuhan yang
diciptakan gagal hanya karena orangtua yang memiliki ambisi lebih besar
terhadap anaknya dibanding diri anak itu sendirilah yang menyebabkan anak tidak
berhasil melakukan apa yang diinginkannya dengan maksimal.
Anak adalah makhluk titipan sang pencipta maka
perlakukanlah sebagaimana ia diciptakan dengan penuh kebahagiaan dan kasih
sayang. Hidupnya adalah miliknya dan orangtua hanyalah jembatan yang
menghantarkan anak mencapai tujuan hidup sebenarnya. Buku ini bukan hanya
membantu orangtua untuk memperkaya ilmu pengasuhan tapi juga terus mengingatkan
bagi siapa saja yang telah menerapkan cara mendidik terbaik agar tetap
konsisten karena mendidik anak bukanlah untuk memberi kesan bagi sekitar semata
melainkan menanam semua kebaikan pada diri anak hingga menuai pribadi tangguh yang
selalu memperlakukan sesamanya sebagai MANUSIA.(ds)